Tanjung Pinang, Pulau Pantun
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXIEq5aiF2efW8Vasn7VfRsYof0HRAbNHL79QtxCt76JFgM1N16y_y3gj9Pg8ugx70r_ZvKQ2DbWXOlF1Lbeh6RUgbTD1_ys9izJoDjSijuhFAGN_CHNARVKZp9oyi0Ce4z585PwrPG_0_/s72-c/tugu+pinang.jpg
Tanjung Pinang, Pulau Pantun
Bisa dikatakan pantun merupakan kesenian yang kian terpinggirkan dan secara perlahan mulai tergerus zaman. Padahal banyak cara untuk menyelamatkan karya satra khas Melayu ini. Salah satunya dengan menggelar opera pantun yang berlangsung di Jakarta belum lama ini. Dengan sajian pantun bergaya baru, penonton tidak akan bosan menikmati seni yang sarat akan nasehat.
Salah satu bait pantun yang didendangkan dalam rangkaian opera pantun adalah karya Rizal Nur. Sastrawan Melayu yang aktif melestarikan pantun di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau ini sengaja mengemas pantun secara berbeda. Opera pantun sebenarnya sebuah rangkaian pantun dalam jalinan cerita. Cara ini dibuat supaya penonton tidak bosan menyimak isi pantun tanpa kehilangan maknanya.
Ada beragam bentuk pantun yang tersebar dalam budaya masyarakat Melayu. Antara lain pantun percintaan, pantun mantra, pantun menidurkan anak, hingga pantun perkawinan. Semua pantun tersebut memiliki kesamaan, yaitu sarat akan nasehat dan berkaitan erat dengan unsur agama Islam meski diucapkan dalam suasana yang berbeda-beda.
Upaya melestarikan budaya pantun sudah seharusnya digalakkan, bersamaan pagelaran tersebut bertempat di Taman Ismail Marzuki (TMI), Jakarta, selasa 30 April 2008 sekolompok budayawan dan sastrawan Tanjungpinang menampilkan opera pantun yang mampu memesona penonton dalam penyuguhan yang aktraktif dan kreatif.
Selain menampilkan permainan opera pantun, rencana pencanangan ditandai dengan ikrar bersama Yayasan Panggung Melayu (PM) dan budaya Melayu se-Asia Tenggara, menetapkan Kota Gurindam, Tanjungpinang sebagai Negeri Pantun.
Tanjungpinang secara historis memiliki perkembangan kesusastraan yang menawan dan sangat pantut dikenang dan dikembangkan. Alasan ini yang menjadi dasar kenapa Kota Tanjungpinang ditetapkan sebagai negeri sastra pantun, demikian yang disampaikan Pimpinan Yayasan Panggung Melayu Rizal Nur.
”Pantun, di negeri pantun (Tanjungpinang) merupakan sebuah karya sastra lisan melayu yang secara turun-temurun sudah dikenal dengan kebiasaan masyarakatnya yang menggunakan pantun sebagai dasar komunikasi dalam menyampaikan maksud dan kehendak, budaya tersebut terbawa pada era saat ini, contohnya setiap pembukaan maupun penutupan kegiatan selalu dimulai dan diakhiri dengan pantun,” jelas Rizal Nur.
Contoh Pantun Melayu:
Tulis surat di dalam gelap
Ayatnya banyak yang tidak kena
Jagalah diri jangan tersilap
Jikalau silap awak yang bencana
Hendak belayar ke Teluk Betong
Sambil mencuba labuhkan pukat
Bulat air kerana pembetung
Bulat manusia kerana muafakat
Pakai baju warna biru
Pergi ke sekolah pukul satu
Murid sentiasa hormatkan guru
Kerana guru pembekal ilmu
Lagu bernama serampang laut
Ditiup angin dari Selatan
Layar dikembang kemudi dipaut
Kalau tak laju binasa badan
Padi segemal kepuk di hulu
Sirih di hilir merekap junjungan
Kepalang duduk menuntut ilmu
Pasir sebutir jadikan intan.
Budak-budak berkejar-kejar
Rasa gembira bermain di sana
Kalau kita rajin belajar
Tentu kita akan berjaya
Jangan pergi mandi di lombong
Emak dan kakak sedang mencuci
Jangan suka bercakap bohong
Semua kawan akan membenci
Buah cempedak bentuknya bujur
Sangat disukai oleh semua
Jika kita bersikap jujur
Hidup kita dipandang mulia
Jikalau tuan mengangkat peti
Tolong masukkan segala barang
Jikalau anak-anak bersatu hati
Kerja yang susah menjadi senang
Asam kandis mari dihiris
Manis sekali rasa isinya
Dilihat manis dipandang manis
Lebih manis hati budinya
Kayu bakar dibuat arang
Arang dibakar memanaskan diri
Jangan mudah menyalahkan orang
Cermin muka lihat sendiri
Selasih tumbuh di tepi telaga
Selasih dimakan si anak kuda
Kasih ibu membaa ke syurga
Kasih saudara masa berada
Masuk hutan pakai sepatu
Takut kena gigitan pacat
Kalau kita selalu bersatu
Apa kerja mudah dibuat
Bandar baru Seberang Perai
Gunung Daik bercabang tiga
Hancur badan tulang berkecai
Budi yang baik dikenang juga
Encik Dollah pergi ka Jambi
Pergi pagi kembali petang
Kalau Tuhan hendak membagi
Pintu berkancing rezeki datang
Orang haji dari Jeddah
Buah kurma berlambak-lambak
Pekerjaan guru bukanlah mudah
Bagai kerja menolak ombak
Pinang muda dibelah dua
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah
Terang bulan di malam sepi
Cahya memancar kepangkal kelapa
Hidup di dunia buatlah bakti
Kepada ibu dan juga bapa
Kapal kecil jangan dibelok
Kalau dibelok patah tiangnya
Budak kecil jangan di peluk
Kalau dipeluk patah tulangnya
Asal kapas menjadi benang
Dari benang dibuat kain
Barang yang lepas jangan dikenang
Sudah menjadi hak orang lain
Tengahari pergi mengail
Dapat seekor ikan tenggiri
Jangan amalkan sikap bakhil
Akan merosak diri sendiri
Kapal Anjiman disangka hantu
Nampak dari Kuala Acheh
Rosak iman kerana nafsu
Rosak hati kerana kasih
Tingkap papan kayu bersegi
Sampan sakat di Pulau Angsa
Indah tampan kerana budi
Tinggi darjat kerana bahasa
Anak Siti anak yang manja
Suka berjalan di atas titi
Orang yang malas hendak bekerja
Pasti menyesal satu hari nanti
Bintang tujuh sinar berseri
Bulan purnama datang menerpa
Ajaran guru hendak ditaati
Mana yang dapat jangan dilupa
Post a Comment